Membedah Buku Periphyseon Karya Johannes Scotus Eriugena

Periphyseon Karya Johannes Scotus Eriugena

Buku Periphyseon Karya Johannes Scotus Eriugena adalah salah satu mahakarya filsafat abad pertengahan yang berpengaruh dalam pemikiran metafisika dan teologi Kristen. Karya ini dikenal dengan dua nama, yaitu Periphyseon atau De Divisione Naturae, yang secara harfiah berarti “Tentang Pembagian Alam.”

Ditulis pada abad ke-9 oleh filsuf dan teolog Johannes Scotus Eriugena, buku ini berupaya menjelaskan hubungan antara Tuhan, alam, dan manusia berdasarkan pemikiran Neoplatonisme yang dipadukan dengan ajaran Kristen.

Meskipun pada awalnya dianggap sebagai kontribusi besar dalam dunia filsafat, Gereja Katolik kemudian mengecamnya karena dianggap mengandung ajaran yang bertentangan dengan ortodoksi Kristen.

Namun, hingga kini, Buku Periphyseon Karya Johannes Scotus Eriugena tetap menjadi kajian penting dalam filsafat dan teologi.

Definisi dan Sejarah Periphyseon

Apa Itu Periphyseon?

Periphyseon Karya Johannes Scotus Eriugena. Periphyseon Menceritakan Tentang Apa? Buku ini merupakan eksplorasi metafisik tentang hakikat realitas, penciptaan, dan hubungan antara Tuhan dan makhluk-Nya. Dalam Periphyseon, Eriugena mengajukan sistem pembagian alam yang mengintegrasikan pemikiran Yunani Kuno dan ajaran Kristen.

Dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental mengenai eksistensi, Eriugena menyusun teori bahwa alam semesta terdiri dari empat kategori utama:

  1. Yang Tidak Diciptakan dan Menciptakan – Tuhan sebagai sumber segala sesuatu.
  2. Yang Diciptakan dan Menciptakan – Akal Ilahi yang berperan dalam proses penciptaan.
  3. Yang Diciptakan dan Tidak Menciptakan – Alam material, termasuk manusia.
  4. Yang Tidak Diciptakan dan Tidak Menciptakan – Tuhan sebagai tujuan akhir dari seluruh ciptaan.

Sejarah Penulisan

Buku Periphyseon Karya Johannes Scotus Eriugena ditulis pada pertengahan abad ke-9 atas permintaan Raja Charles II dari Prancis.

Pada masa itu, Eriugena terkenal sebagai seorang sarjana yang memiliki pemahaman mendalam tentang filsafat Yunani dan teologi Kristen. Ia diminta untuk menerjemahkan berbagai teks Yunani ke dalam bahasa Latin, termasuk karya-karya filsuf Neoplatonis seperti Pseudo-Dionysius.

Periphyseon Karya Johannes Scotus Eriugena. Proses penulisan Periphyseon berlangsung bertahun-tahun, dengan pengaruh kuat dari Neoplatonisme dan filsafat Aristotelian. Meskipun karya ini mendapat apresiasi di kalangan akademisi, pada abad ke-13 Gereja Katolik melarangnya karena dianggap mengandung paham panteistik dan menyimpang dari doktrin resmi.

Isi dan Struktur Periphyseon

Apa Isi Periphyseon?

Periphyseon Karya Johannes Scotus Eriugena. Buku ini terdiri dari lima bagian utama yang membahas:

  1. Definisi dan Konsep Alam – Menjelaskan hakikat keberadaan dan bagaimana segala sesuatu berasal dari Tuhan.
  2. Proses Penciptaan – Menguraikan cara Tuhan menciptakan alam semesta dan bagaimana segala sesuatu bermula.
  3. Alam dan Akal Ilahi – Menjelaskan bagaimana akal manusia berperan dalam memahami kebenaran ilahi.
  4. Kembali ke Tuhan – Konsep emanasi dan reintegrasi, di mana segala sesuatu akan kembali kepada Tuhan.
  5. Kesempurnaan dan Akhir Segala Sesuatu – Bagaimana akhir dari ciptaan adalah penyatuan kembali dengan sumbernya.

Setiap bagian dari Buku Periphyseon Karya Johannes Scotus Eriugena ditulis dalam format dialogis, dengan Eriugena mengadopsi metode tanya-jawab seperti yang digunakan dalam filsafat Yunani Kuno.

Konsep Utama dalam Periphyseon

  1. Penciptaan sebagai Emanasi – Tuhan tidak menciptakan dunia dari sesuatu yang ada, tetapi melalui proses emanasi di mana segala sesuatu berasal dari-Nya.
  2. Keabadian Akal dan Jiwa – Jiwa manusia bersifat ilahi dan akan kembali ke asalnya setelah kematian.
  3. Perbedaan dan Kesatuan – Segala sesuatu yang ada di dunia berasal dari satu sumber dan akan kembali menjadi satu.
  4. Akal sebagai Kunci Pemahaman – Manusia hanya bisa memahami Tuhan melalui akal dan kontemplasi.

Relevansi dan Pengaruh Periphyseon

Meskipun sempat dianggap sesat oleh Gereja, gagasan dalam Periphyseon atau De Divisione Naturae tetap relevan hingga saat ini. Karya ini memberikan perspektif mendalam tentang hubungan antara manusia dan Tuhan serta bagaimana keberadaan dijelaskan dalam kerangka pemikiran metafisik.

Dalam sejarah filsafat, Periphyseon berperan dalam perkembangan skolastisisme abad pertengahan dan menjadi jembatan antara filsafat Yunani dan teologi Kristen. Pemikir-pemikir seperti Meister Eckhart dan Nicholas of Cusa banyak mengambil inspirasi dari konsep-konsep Eriugena.

FAQs tentang Periphyseon

Apakah Periphyseon Masih Dipelajari Saat Ini?

Ya, banyak akademisi dalam bidang filsafat dan teologi masih mengkaji buku ini untuk memahami hubungan antara Neoplatonisme dan ajaran Kristen.

Mengapa Periphyseon Dilarang oleh Gereja?

Pada abad ke-13, Gereja Katolik melarang buku ini karena mengandung konsep-konsep yang dianggap bertentangan dengan doktrin resmi, termasuk gagasan bahwa segala sesuatu pada akhirnya akan kembali menjadi satu dengan Tuhan.

Bagaimana Cara Memahami Periphyseon dengan Lebih Baik?

Membaca terjemahan modern dan studi akademik yang membahas isi buku ini dapat membantu pemahaman. Beberapa sarjana telah menulis interpretasi mendalam mengenai konsep-konsep yang terdapat dalam Periphyseon.

Apakah Gagasan Eriugena Masih Relevan?

Ya, dalam konteks metafisika modern, banyak pemikir masih menggunakan konsep-konsep dalam Periphyseon untuk memahami hubungan antara Tuhan, keberadaan, dan kesadaran manusia.

Kesimpulan

Buku Periphyseon Karya Johannes Scotus Eriugena adalah salah satu teks filsafat paling kompleks dan mendalam dalam sejarah pemikiran Barat. Dengan menggabungkan ajaran Neoplatonisme dan doktrin Kristen, buku ini menghadirkan pemahaman unik tentang asal-usul dan tujuan segala sesuatu.

Meskipun sempat dikutuk oleh Gereja, gagasan dalam Periphyseon atau De Divisione Naturae tetap menjadi bahan kajian penting hingga saat ini.

Dengan analisis yang mendalam tentang hakikat realitas, Periphyseon membuka wawasan baru tentang eksistensi dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Bagi mereka yang tertarik pada filsafat abad pertengahan, metafisika, dan teologi Kristen, Periphyseon adalah bacaan yang menawarkan wawasan yang kaya dan menantang.

Buku ini bukan hanya sekadar warisan sejarah, tetapi juga sumber refleksi intelektual yang mendalam tentang kehidupan dan keberadaan.

And mungkin menyukai ini: Johannes Scotus Eriugena dan Pemikiran Filsafatnya
Penting untuk diketahui: Ikuti Program Pelatihan Meditasi Online!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top