Kesultanan Aceh Darussalam adalah salah satu kerajaan besar yang memiliki pengaruh signifikan di Nusantara, khususnya di wilayah Sumatera.
Sejak didirikan pada abad ke-15, kesultanan ini tidak hanya terkenal karena kekuatan militernya tetapi juga peranannya sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi sejarah, para raja yang memimpin Kesultanan Aceh Darussalam, serta peninggalan yang masih dapat kita nikmati hingga hari ini.
Kesultanan Aceh Darussalam
Definisi Kesultanan Aceh Darussalam
Aceh Darussalam merupakan kerajaan Islam yang terletak di bagian utara Pulau Sumatera. Berdiri pada tahun 1496, kesultanan ini dibentuk dengan tujuan untuk memajukan Islam sebagai agama negara dan menjadikan Aceh sebagai pusat perdagangan yang maju.
Aceh sendiri dikenal dengan nama “Darussalam” yang berarti “Rumah Perdamaian”. Nama ini mencerminkan visi kerajaan untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi rakyatnya melalui penerapan prinsip-prinsip Islam.
Kesultanan Aceh Darussalam Didirikan Oleh Siapa?
Aceh Darussalam didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Beliau adalah sultan pertama yang berhasil menyatukan wilayah Aceh dan sekitarnya, membangun fondasi kerajaan ini, dan memperkenalkan Islam sebagai dasar pemerintahan.
Sultan Ali Mughayat Syah berhasil menegakkan kekuasaan Aceh melalui penaklukan dan diplomasi, serta menjadikan Aceh sebagai kerajaan yang penting di dunia Islam.
Sebelum kepemimpinannya, wilayah ini terdiri dari beberapa kerajaan kecil yang saling bersaing. Ali Mughayat Syah berhasil menyatukan mereka di bawah satu panji Kesultanan Aceh Darussalam.
Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam
Kesultanan Aceh Darussalam memiliki sejarah panjang yang penuh dengan pasang surut. Sebagai kerajaan yang terletak di jalur perdagangan internasional, Aceh memiliki akses strategis ke Selat Malaka yang menghubungkan Samudra Hindia dengan Laut Cina Selatan.
Hal ini memungkinkan Aceh menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat penting.
Puncak Kejayaan Aceh
Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Aceh Darussalam mencapai puncak kejayaannya, khususnya di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.
Dalam periode ini, Aceh tidak hanya menjadi pusat perdagangan yang sibuk, tetapi juga pengaruh politiknya meluas hingga ke Semenanjung Malaya, Thailand, dan bahkan beberapa wilayah di India.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengembangkan jaringan diplomatik yang luas dengan berbagai negara di Timur Tengah, India, dan Eropa.
Sultan Iskandar Muda juga dikenal karena reformasi administrasi kerajaan dan penguatan struktur militer yang membuat Aceh mampu bertahan dari ancaman baik dari penjajahan Portugis maupun Belanda.
Masa Kemunduran
Namun, setelah kematian Sultan Iskandar Muda pada tahun 1636, Kesultanan Aceh Darussalam mulai mengalami kemunduran.
Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini antara lain adalah konflik internal, penurunan kekuatan militer, dan serangan dari pihak kolonial Belanda yang semakin kuat.
Belanda berhasil meraih kontrol atas sebagian besar wilayah Aceh, meskipun kesultanan ini tetap mempertahankan kedaulatan dan identitasnya selama beberapa dekade berikutnya.
Beberapa Raja Kesultanan Aceh

Kesultanan Aceh Darussalam dipimpin oleh banyak sultan yang memiliki peran penting dalam sejarah kerajaan ini. Beberapa di antaranya adalah:
- Sultan Ali Mughayat Syah (1496–1528)
Sultan Ali Mughayat Syah adalah pendiri Kesultanan Aceh Darussalam. Beliau dikenal karena keberhasilannya dalam menyatukan berbagai wilayah yang sebelumnya terpecah dan mendirikan kerajaan yang kuat di bawah panji Islam. Ali Mughayat Syah juga memulai tradisi diplomasi Aceh dengan negara-negara Islam di Timur Tengah. - Sultan Iskandar Muda (1607–1636)
Sultan Iskandar Muda adalah salah satu sultan terbesar dalam sejarah Aceh. Ia memerintah selama hampir tiga dekade dan memimpin Aceh ke puncak kejayaannya. Dalam masa pemerintahannya, Aceh menjadi salah satu kerajaan terkuat di Asia Tenggara. Sultan Iskandar Muda memperluas wilayah Aceh melalui penaklukan dan diplomasi, serta menjadikan Aceh sebagai pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat penting di dunia. Ia juga terkenal dengan reformasi dalam bidang administrasi dan militer. - Sultan Alaudin Mahmud Syah (1636–1641)
Setelah wafatnya Sultan Iskandar Muda, Sultan Alaudin Mahmud Syah naik tahta. Meskipun masa pemerintahannya singkat, ia berusaha mempertahankan kekuasaan Aceh dari ancaman luar, terutama dari penjajah Belanda. Dalam masa pemerintahannya, Aceh tetap menjaga kedaulatan dan mempertahankan tradisi militer yang kuat. - Sri Sultanah Tajul-’Alam Safiatuddin Syah
Siapa itu Sultanah Safiatuddin? Sultanah pertama Aceh Darussalam yang memimpin dengan bijaksana dan memperkenalkan kemajuan di bidang politik, ekonomi, serta seni sastra. Perjalanan hidup Sultanah Tajul-’Alam Safiatuddin Syah, perannya sebagai pemimpin wanita pertama, serta kontribusinya dalam perkembangan budaya dan pendidikan di Aceh.
Peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam
Peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam masih dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Peninggalan tersebut tidak hanya berbentuk bangunan fisik, tetapi juga warisan budaya yang mencerminkan kejayaan kerajaan ini. Beberapa peninggalan penting yang masih ada hingga saat ini adalah:
- Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu simbol utama kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam. Masjid ini dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda dan menjadi pusat kegiatan keagamaan di Aceh. Arsitektur masjid ini mencerminkan perpaduan gaya arsitektur Islam dengan pengaruh budaya lokal. - Istana Sultan
Istana Sultan di Banda Aceh adalah peninggalan penting yang menunjukkan kemegahan dan kebesaran Kesultanan Aceh. Meskipun sebagian besar istana telah rusak atau hancur akibat perang dan bencana alam, beberapa bagian dari istana ini masih bisa ditemukan sebagai bukti kejayaan masa lalu. - Tugu Monumen Aceh
Tugu Monumen Aceh dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Aceh dalam mempertahankan kemerdekaan. Tugu ini menjadi simbol penting dalam sejarah Aceh dan sering dijadikan sebagai tempat ziarah oleh masyarakat Aceh. - Laporan dan Dokumen Sejarah
Berbagai dokumen dan catatan sejarah, baik yang tertulis dalam bentuk manuskrip maupun catatan dari pengembara asing, masih ada dan digunakan untuk memahami sejarah Kesultanan Aceh Darussalam. Manuskrip dan buku-buku ini memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan sosial, ekonomi, dan politik pada masa Kesultanan Aceh.
Kesimpulan
Kesultanan Aceh Darussalam adalah salah satu kerajaan yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Indonesia. Berdiri pada tahun 1496 oleh Sultan Ali Mughayat Syah, kesultanan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Meskipun mengalami kemunduran setelah abad ke-17, warisan Kesultanan Aceh Darussalam tetap hidup hingga saat ini melalui berbagai peninggalannya, seperti Masjid Raya Baiturrahman dan Istana Sultan.
Peninggalan-peninggalan tersebut tidak hanya menjadi simbol kejayaan masa lalu, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya Aceh yang harus dilestarikan.
Dengan mempelajari lebih dalam tentang sejarah dan para raja yang memimpin Kesultanan Aceh Darussalam, kita dapat lebih menghargai warisan sejarah dan kebudayaan yang dimiliki oleh Aceh, serta menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk pembangunan dan kemajuan di masa depan.
Anda mungkin menyukai ini: Sultan Muhammad Malik Az-Zahir
Penting untuk diketahui: Ikuti Program Pelatihan Meditasi Online!