Buku Tertia Pars merupakan bagian ketiga dari Summa Theologica, sebuah karya teologi dan filsafat yang monumental oleh Thomas Aquinas. Karya ini menjadi rujukan utama dalam teologi Katolik dan dipelajari secara luas oleh akademisi serta praktisi keagamaan.
Sebagai bagian akhir dari Summa Theologica, Buku Tertia Pars membahas aspek-aspek kunci dalam iman Kristen, terutama yang berkaitan dengan kehidupan dan peran Yesus Kristus dalam keselamatan manusia.
Artikel ini akan membahas definisi, sejarah, isi, serta prinsip dan karakteristik utama dari Buku Tertia Pars untuk memberikan pemahaman mendalam bagi pembaca.
Buku Tertia Pars
Definisi Buku Tertia Pars
Summa Theologica merupakan karya besar Thomas Aquinas yang terdiri dari tiga bagian utama. Tertia Pars secara khusus membahas peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus Kristus, termasuk inkarnasi, penderitaan, kematian, kebangkitan, dan sakramen-sakramen Gereja.
Secara singkat, Tertia Pars menceritakan tentang apa yang menjadi inti iman Kristen, yakni peran Yesus dalam keselamatan manusia dan bagaimana sakramen-sakramen memberikan anugerah ilahi kepada umat beriman.
Sejarah dan Latar Belakang
Thomas Aquinas menulis Summa Theologica antara tahun 1265 hingga 1274. Namun, ia tidak sempat menyelesaikan seluruh bagian Tertia Pars sebelum wafatnya pada tahun 1274.
Bagian yang belum rampung kemudian dilengkapi oleh muridnya, terutama berdasarkan komentar dan tulisan Aquinas yang telah ada sebelumnya.
Secara historis, Buku Tertia Pars menjadi bagian fundamental dalam teologi skolastik dan digunakan secara luas dalam pendidikan teologi hingga saat ini. Karya ini menggabungkan pemikiran Aristotelian dengan doktrin Kristen, menjadikannya sebagai sintesis teologi dan filsafat yang luar biasa.
Apa Isi Tertia Pars?

Buku Tertia Pars memiliki cakupan yang luas, mencakup beberapa topik utama yang terbagi ke dalam beberapa bagian besar. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai isi dari Tertia Pars:
1. Doktrin Inkarnasi
Bagian pertama dari Buku Tertia Pars membahas inkarnasi Yesus Kristus, yaitu bagaimana Allah menjadi manusia dalam diri Yesus. Thomas Aquinas menjelaskan secara mendalam konsep bahwa Yesus memiliki dua kodrat—ilahi dan manusiawi—yang bersatu dalam satu pribadi. Ini dikenal sebagai hipostatik union.
Dalam bagian ini, Aquinas menjawab beberapa pertanyaan penting:
- Mengapa Allah memilih untuk menjadi manusia?
- Apakah inkarnasi benar-benar diperlukan untuk keselamatan manusia?
- Bagaimana dua kodrat Yesus dapat bersatu dalam satu pribadi tanpa saling bercampur atau kehilangan keunikan masing-masing?
Aquinas menggunakan pendekatan filsafat Aristotelian untuk menjelaskan bahwa inkarnasi bukan sekadar suatu peristiwa sejarah, tetapi sebuah rencana ilahi yang bertujuan untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
2. Kehidupan dan Ajaran Yesus Kristus
Bagian ini membahas kehidupan Yesus di dunia, termasuk perbuatan-perbuatan-Nya, ajaran-Nya, dan bagaimana Dia menunjukkan sifat ilahi-Nya melalui mukjizat serta kebijaksanaan-Nya. Aquinas menyoroti:
- Kebijaksanaan Yesus dalam ajaran-Nya, terutama dalam khotbah seperti Khotbah di Bukit yang memberikan prinsip moral universal.
- Mukjizat sebagai bukti keilahian-Nya, seperti menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, dan membangkitkan orang mati.
- Keteladanan Yesus dalam kesederhanaan hidup, yang menjadi model bagi umat Kristen untuk hidup dalam kasih dan kebaikan.
3. Penderitaan, Kematian, dan Kebangkitan Kristus
Pada bagian ini, Aquinas mengupas secara mendalam penderitaan Yesus dalam kisah Sengsara Kristus, kematian-Nya di kayu salib, serta kebangkitan-Nya. Dia menjelaskan:
- Alasan teologis mengapa Yesus harus menderita dan mati – Penderitaan Kristus bukan hanya pengorbanan manusia biasa, tetapi memiliki makna penebusan dosa umat manusia.
- Makna salib sebagai sarana keselamatan – Salib menjadi simbol kasih Tuhan kepada manusia dan keadilan-Nya dalam menebus dosa.
- Pembuktian kebangkitan sebagai kebenaran ilahi – Kebangkitan Kristus adalah fondasi iman Kristen yang membuktikan kemenangan atas dosa dan kematian.
Aquinas juga membandingkan kebangkitan Yesus dengan kebangkitan orang mati lainnya dalam Alkitab, serta menjelaskan bagaimana kebangkitan Kristus menjadi dasar bagi kebangkitan akhir zaman yang dijanjikan dalam iman Kristen.
4. Sakramen-Sakramen Gereja
Bagian terakhir Buku Tertia Pars membahas sakramen-sakramen Gereja, yang dianggap sebagai sarana rahmat yang diberikan oleh Tuhan kepada umat-Nya. Sakramen ini terdiri dari:
- Baptisan – Sebagai sakramen pertama yang menghapus dosa asal dan memasukkan seseorang ke dalam Gereja.
- Ekaristi – Sakramen tubuh dan darah Kristus yang memberikan kehidupan rohani.
- Krisma (Penguatan) – Sakramen yang memperkuat iman dan memberikan karunia Roh Kudus.
- Tobat – Sakramen yang mengampuni dosa setelah pembaptisan melalui pengakuan dosa.
- Pengurapan Orang Sakit – Sakramen yang memberikan kekuatan spiritual bagi orang sakit.
- Imamat – Sakramen yang mentahbiskan seseorang menjadi pelayan Gereja.
- Pernikahan – Sakramen yang menyucikan ikatan suci antara pria dan wanita dalam kehidupan berkeluarga.
Aquinas menjelaskan bagaimana sakramen-sakramen ini bekerja secara spiritual dan memiliki efek yang nyata dalam kehidupan iman seorang Kristen.
Fakta Menarik tentang Buku Tertia Pars
- Thomas Aquinas meninggalkan Buku Tertia Pars dalam keadaan tidak selesai, tetapi tetap menjadi bagian yang paling dipelajari dalam teologi.
- Karya ini menggabungkan pemikiran teologi dan filsafat dengan pendekatan sistematis yang masih relevan hingga saat ini.
- Pemikiran dalam Buku Tertia Pars banyak digunakan dalam doktrin Gereja Katolik dan menjadi dasar bagi pemahaman sakramen.
Kesimpulan
Buku Tertia Pars dari Summa Theologica adalah karya penting yang membahas peran Yesus Kristus dalam keselamatan manusia dan sakramen-sakramen Gereja. Meskipun tidak selesai ditulis oleh Thomas Aquinas, buku ini tetap menjadi bagian fundamental dalam studi teologi dan filsafat Kristen.
Sebagai bagian terakhir dari Summa Theologica, Buku Tertia Pars menawarkan wawasan mendalam tentang doktrin Kristen yang terus digunakan dalam pendidikan teologi hingga saat ini.
Karya ini tidak hanya menjadi pedoman bagi Gereja Katolik, tetapi juga menjadi sumber pemikiran bagi siapa saja yang ingin memahami teologi dengan pendekatan sistematis dan rasional.
Anda mungkin menyukai ini: Secunda Pars (Bagian Kedua) dari Summa Theologica
Pentng untuk diketahui: Ikuti Program Pelatihan Meditasi Online!