Dalam diskusi mengenai kepercayaan dan filsafat, istilah “agnostik” sering muncul sebagai alternatif terhadap ateisme maupun teisme. Namun, masih banyak yang belum memahami secara jelas apa yang dimaksud dengan agnostik, bagaimana konsep ini berkembang, dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Artikel ini akan mengulas secara menyeluruh tentang agnostikisme, mencakup definisi, sejarah, prinsip dasar, tokoh-tokoh berpengaruh, serta bagaimana konsep ini diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti filsafat, ilmu pengetahuan, dan masyarakat.
Apa Yang Dimaksud Dengan Agnostik
Definisi Agnostik
Secara etimologis, istilah “agnostik” berasal dari bahasa Yunani “a” yang berarti “tidak” dan “gnosis” yang berarti “pengetahuan”. Dalam konteks filsafat, agnostikisme merujuk pada pandangan bahwa keberadaan Tuhan atau realitas metafisik tidak dapat diketahui secara pasti.
Dengan kata lain, seorang agnostik tidak menolak maupun menerima keberadaan Tuhan, melainkan berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kapasitas atau bukti yang cukup untuk memastikan keberadaan atau ketidakberadaan Tuhan.
Dalam pemahaman yang lebih luas, agnostikisme tidak hanya terkait dengan keyakinan terhadap Tuhan tetapi juga dengan semua bentuk pengetahuan yang dianggap tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Sebagai contoh, seseorang yang agnostik terhadap kehidupan setelah kematian berpendapat bahwa tidak ada cukup bukti yang dapat memastikan adanya kehidupan setelah mati.
Sejarah dan Perkembangan Agnostikisme
Konsep ketidaktahuan terhadap realitas metafisik sebenarnya telah ada sejak zaman kuno. Namun, istilah “agnostikisme” secara formal diperkenalkan oleh ilmuwan Thomas Henry Huxley pada tahun 1869.
Sejak itu, agnostikisme berkembang dan diadopsi oleh berbagai pemikir dan ilmuwan dalam berbagai bidang. Berikut adalah perkembangan agnostikisme dari zaman ke zaman:
Zaman Kuno
- Socrates (469–399 SM): Filsuf Yunani yang terkenal dengan prinsip “Saya hanya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa”. Socrates mempertanyakan banyak klaim pengetahuan absolut, termasuk tentang dewa-dewa Yunani.
- Protagoras (490–420 SM): Seorang sofis yang menyatakan bahwa “Mengenai para dewa, saya tidak bisa mengetahui apakah mereka ada atau tidak”. Ini adalah salah satu pernyataan agnostikisme tertua dalam sejarah filsafat.
Abad Pertengahan
- Pada periode ini, pemikiran agnostikisme lebih jarang terdengar karena dominasi teologi dalam kehidupan intelektual. Gereja memiliki kontrol kuat terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat.
- Namun, beberapa pemikir seperti Averroes (Ibn Rushd) dan Thomas Aquinas tetap mempertanyakan batasan pengetahuan manusia.
Abad ke-19
- Thomas Henry Huxley (1825–1895) memperkenalkan istilah “agnostik” sebagai perlawanan terhadap dogmatisme agama dan ilmiah. Ia menekankan pentingnya sikap skeptis dalam memahami realitas.
- Bertrand Russell (1872–1970), seorang filsuf dan matematikawan, mengembangkan agnostikisme lebih lanjut dengan argumen rasional tentang ketidakpastian keberadaan Tuhan.
Zaman Modern
- Pemikiran agnostik semakin berkembang dalam ranah filsafat, ilmu pengetahuan, dan sekularisme. Banyak ilmuwan seperti Carl Sagan dan Stephen Hawking menyatakan bahwa keberadaan Tuhan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah dan lebih memilih pendekatan agnostik dalam memandang alam semesta.
Hal Penting Tentang Agnostikisme

Agnostikisme memiliki beberapa ciri utama yang membedakannya dari kepercayaan lainnya:
- Bukan Ateis dan Bukan Teis: Agnostik tidak secara mutlak menolak atau menerima keberadaan Tuhan, tetapi menegaskan bahwa manusia tidak memiliki cukup bukti untuk menyimpulkan hal tersebut.
- Sikap Skeptis: Agnostikisme mempertanyakan klaim-klaim metafisik tanpa menolaknya secara absolut.
- Berbasis pada Bukti: Seorang agnostik umumnya hanya menerima klaim yang memiliki dasar bukti yang kuat.
Cara Kerja Agnostikisme
Agnostikisme bekerja dengan prinsip bahwa manusia tidak memiliki kemampuan atau bukti yang cukup untuk memastikan keberadaan Tuhan atau realitas metafisik. Beberapa pendekatan utama yang digunakan adalah:
- Pendekatan Empiris: Menilai klaim agama berdasarkan bukti yang dapat diuji secara ilmiah.
- Pendekatan Rasional: Menggunakan logika dan filsafat untuk mempertanyakan klaim keagamaan.
- Pendekatan Kultural: Mengamati bagaimana keyakinan berkembang dalam berbagai budaya tanpa mengklaim kebenaran absolut.
Jenis-Jenis Agnostikisme
Terdapat beberapa jenis agnostikisme yang berkembang dalam filsafat modern:
- Agnostik Kuat: Berpandangan bahwa keberadaan Tuhan tidak akan pernah bisa diketahui.
- Agnostik Lemah: Berpendapat bahwa saat ini belum ada cukup bukti untuk menyimpulkan keberadaan Tuhan, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya bukti di masa depan.
- Agnostik Teistik: Percaya bahwa Tuhan ada, tetapi tidak yakin bagaimana cara mengetahuinya.
- Agnostik Ateistik: Tidak percaya kepada Tuhan, tetapi mengakui bahwa tidak ada bukti mutlak untuk membuktikan atau membantahnya.
Siapa Tokoh Agnostik yang Berpengaruh?
Beberapa tokoh yang dikenal sebagai agnostik dan memiliki kontribusi besar dalam pemikiran dunia antara lain:
- Thomas Henry Huxley: Ilmuwan yang pertama kali memperkenalkan istilah “agnostik”.
- Bertrand Russell: Filsuf yang menulis banyak karya tentang agnostikisme dan skeptisisme.
- Carl Sagan: Ilmuwan yang menekankan pentingnya bukti empiris dalam membahas keberadaan Tuhan.
- Stephen Hawking: Fisikawan yang mempertanyakan keberadaan Tuhan dari sudut pandang ilmiah.
Apa Bedanya Agnostik dan Gnostik?
Apa bedanya agnostik dan gnostik? Perbedaan mendasar antara keduanya adalah:
- Agnostik: Tidak yakin apakah Tuhan atau entitas metafisik dapat diketahui.
- Gnostik: Percaya bahwa keberadaan Tuhan atau realitas metafisik dapat diketahui dan dibuktikan.
Gnostikisme cenderung lebih berorientasi pada mistisisme dan pengalaman spiritual pribadi, sedangkan agnostikisme lebih berfokus pada skeptisisme dan bukti empiris.
Kesimpulan
Apa yang dimaksud dengan agnostik adalah pandangan yang menolak klaim absolut tentang keberadaan Tuhan karena kurangnya bukti yang pasti. Agnostikisme bukan hanya posisi antara teisme dan ateisme, tetapi lebih merupakan pendekatan intelektual yang mengutamakan skeptisisme terhadap klaim metafisik.
Dengan sejarah panjang dan kontribusi banyak tokoh berpengaruh, agnostikisme tetap menjadi bagian penting dalam diskusi filsafat dan ilmu pengetahuan modern.
Anda mungkin menyukai ini: Siddharta Gautama Sebelum dan Setelah Menjadi Buddha
Penting untuk diketahui: kuti Program Pelatihan Meditasi Online!