Di balik keramaian Sungai Tulang Bawang yang kini menjadi nadi ekonomi wilayah Lampung, tersimpan sejarah panjang yang membentuk wajah masyarakatnya hari ini. Salah satu entitas politik yang pernah berjaya di tepian sungai itu adalah Kesultanan Menggala.
Kesultanan ini bukan sekadar simbol kekuasaan lokal, tetapi juga cerminan perpaduan antara adat Lampung dan pengaruh Islam.
Ia berdiri sebagai sistem pemerintahan mandiri yang lahir dari dinamika sejarah besar: berdirinya Menggala pasca jatuhnya Keerajaan Tulang Bawang, sebuah kerajaan kuno yang menjadi tonggak awal peradaban Lampung.
Kesultanan Menggala
Definisi Kesultanan Menggala
Secara terminologis, Kesultanan Menggala adalah entitas pemerintahan tradisional berbasis Islam yang terbentuk di wilayah Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung.
Sebagai kesultanan, struktur pemerintahan dipimpin oleh seorang sultan yang memiliki otoritas politik, hukum, dan keagamaan atas rakyatnya.
Kesultanan ini merupakan perwujudan dari sistem monarki lokal, di mana kepemimpinan diwariskan secara turun-temurun, tetapi dengan peran besar dari tokoh adat dan ulama dalam menentukan suksesi dan kebijakan.
Masa Kejatuhan Kerajaan Tulang Bawang
Kerajaan Tulang Bawang mengalami kemunduran pada abad ke-15 hingga 16, bersamaan dengan melemahnya pengaruh kerajaan Sriwijaya dan meningkatnya kekuasaan Kesultanan Islam di pesisir Sumatra. Faktor utama kejatuhannya antara lain:
- Perubahan jalur perdagangan akibat masuknya bangsa Eropa ke Nusantara
- Persaingan dagang dan politik dengan kerajaan-kerajaan Islam baru seperti Kesultanan Palembang dan Banten
- Melemahnya struktur pemerintahan adat setempat karena intervensi asing
Pasca Kejatuhan
Setelah runtuh, wilayah bekas Kerajaan Tulang Bawang tidak langsung vakum. Struktur sosialnya tetap bertahan dalam bentuk masyarakat adat dengan marga-marga sebagai pemersatu. Namun, pengaruh Islam semakin besar dan lambat laun menggantikan sistem kepercayaan serta pemerintahan lama.
Sejarah Berdirinya Kesultanan Menggala
Kesultanan Menggala muncul sebagai kekuatan baru di daerah Tulang Bawang sekitar abad ke-17. Kesultanan ini lahir dari proses Islamisasi dan integrasi budaya lokal dengan sistem pemerintahan Islam. Menggala menjadi pusat perdagangan lada dan persinggahan penting di Sungai Tulang Bawang.
Kesultanan ini memiliki ciri khas:
- Mengadopsi sistem kesultanan Islam, tapi tetap memelihara tradisi adat Lampung
- Dipengaruhi oleh Kesultanan Banten dan Palembang, terutama dalam hal politik dan keagamaan
- Berperan sebagai perantara dagang antara pedalaman dan pesisir
Dengan demikian, kejatuhan Kerajaan Tulang Bawang bukan berarti lenyapnya budaya, tetapi menjadi titik transisi menuju era kesultanan bercorak Islam di wilayah Lampung. Inilah latar penting dari berdirinya Kesultanan Menggala pasca jatuhnya Kerajaan Tulang Bawang.
Sistem Pemerintahan dan Agama Mayoritas

Struktur Pemerintahan
Sistem pemerintahan dan agama mayoritas dalam Kesultanan Menggala menggabungkan unsur Islam dengan adat Lampung Saibatin. Struktur pemerintahannya terdiri atas:
- Sultan:
Sebagai kepala pemerintahan dan agama - Mufti:
Yang menjadi penasehat syariah - Penghulu Adat:
Yang mengatur urusan hukum adat dan sengketa sosial - Hulubalang:
Atau panglima militer - Rakyat kebanyakan:
Yang terdiri atas petani, pedagang, nelayan, dan para saudagar
Sistem ini bersifat hirarkis, namun tetap melibatkan musyawarah dalam pengambilan keputusan besar, terutama yang berkaitan dengan hukum adat dan perjanjian dagang.
Islam sebagai Agama Mayoritas
Islam menjadi fondasi moral dan hukum dalam kesultanan. Masuknya Islam ke Menggala diyakini berasal dari jalur perdagangan dan dakwah para ulama dari Sumatera Barat, Palembang, dan Banten.
Masjid tua dan madrasah menjadi pusat pendidikan utama di wilayah ini, di samping pelestarian tradisi melalui jalur lisan dan kesenian.
Fungsi Kesultanan Menggala
Kesultanan Menggala memiliki berbagai fungsi penting yang menyentuh semua aspek kehidupan masyarakatnya, yaitu:
- Fungsi Politik –
Mengatur jalannya pemerintahan dan menjaga stabilitas wilayah - Fungsi Hukum –
Menegakkan hukum berdasarkan syariah dan adat Lampung - Fungsi Sosial-Budaya –
Melestarikan adat istiadat serta membimbing norma kehidupan masyarakat - Fungsi Ekonomi –
Mengelola kegiatan perdagangan di sepanjang Sungai Tulang Bawang - Fungsi Pendidikan dan Dakwah –
Mendirikan madrasah, tempat belajar Al-Qur’an, serta pelatihan kepemimpinan adat
Cara Kerja dan Mekanisme Pemerintahan
Pemerintahan dijalankan berdasarkan:
- Sistem hierarki yang ketat
- Konsultasi dengan Dewan Ulama dan Tokoh Adat
- Musyawarah mufakat dalam penentuan hukum dan kebijakan publik
- Legitimasi berbasis darah dan spiritualitas, di mana sultan dianggap sebagai pemimpin yang memiliki keistimewaan secara turun-temurun
Jenis Kepemimpinan dalam Kesultanan
- Sultan –
Pemimpin utama yang memegang kekuasaan tertinggi - Putra Mahkota –
Calon sultan yang dipersiapkan melalui pendidikan agama dan adat - Dewan Adat –
Penasihat dalam bidang adat dan budaya - Dewan Syariah –
Penasehat hukum agama - Panglima Perang (Hulubalang) –
Komandan yang menjaga wilayah dari ancaman luar - Tokoh Masyarakat –
Juru bicara rakyat dalam sidang umum kesultanan
Karakteristik dan Prinsip Pemerintahan
Kesultanan Menggala memiliki beberapa karakteristik utama:
- Islamisasi sebagai kekuatan transformatif
- Koeksistensi antara hukum adat dan hukum agama
- Kekuatan simbolik sultan sebagai pemersatu rakyat
- Fleksibilitas dalam diplomasi dan hubungan dagang
- Kolektivitas dalam pengambilan keputusan melalui musyawarah
Beberapa Sultan di Kesultanan Menggala
Dalam catatan sejarah lisan dan naskah kuno, disebutkan beberapa sultan di Kesultanan Menggala yang memiliki peran penting:
- Sultan Ratu Dalom Guna –
Pendiri awal sistem kesultanan - Sultan Muhammad Ali –
Penguasa kuat pada masa kejayaan perdagangan - Sultan Iskandar Alam –
Tokoh pembaru dalam pendidikan Islam lokal
Para sultan tersebut dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, berwibawa, dan religius.
Hal Menarik dan Fakta Terbaru
- Warisan Manuskrip Kuno –
Naskah-naskah berbahasa Arab dan Lampung yang memuat hukum adat dan silsilah - Keterlibatan dalam Jaringan Perdagangan Internasional –
Terhubung dengan jaringan dagang lada dari Aceh hingga Batavia - Festival Budaya Menggala –
Ajang tahunan yang menampilkan nilai-nilai warisan kesultanan - Kajian Akademik Terbaru –
Penelitian terus dilakukan oleh universitas dan balai arkeologi untuk menggali sejarah Menggala secara ilmiah
FAQs
Apakah Kesultanan Menggala masih berfungsi secara politis?
Tidak. Kesultanan saat ini lebih bersifat simbolik dan kultural.
Bagaimana hubungan dengan kolonial Belanda?
Pernah menjadi mitra dagang dan kemudian berada di bawah tekanan politik melalui kontrak dagang yang timpang.
Apakah masih ada bukti fisik peninggalan kesultanan?
Ya, seperti masjid tua, kompleks makam sultan, dan manuskrip kuno yang disimpan keluarga bangsawan.
Kesimpulan
Kesultanan Menggala bukan hanya struktur pemerintahan, tetapi warisan hidup masyarakat Lampung. Berdiri kuat pasca jatuhnya Kerajaan Tulang Bawang, kesultanan ini membentuk identitas sosial yang menyatu antara Islam dan adat lokal.
Nilai-nilai dari beberapa sultan di Kesultanan Menggala, seperti keadilan, pendidikan, dan musyawarah, menjadi teladan. Sementara sistem pemerintahan dan agama mayoritas yang diterapkan menjadi cermin keseimbangan antara spiritualitas dan tatanan sosial.
Melestarikan Kesultanan Menggala berarti menjaga warisan budaya Indonesia agar tetap dikenali generasi mendatang, bukan sekadar sebagai kenangan, melainkan sebagai inspirasi.
Anda mungkin menyukai ini: Keratuan Darah Putih
Penting untuk diketahui: Ikuti Program Pelatihan Meditasi Online!