Filsafat Yunani kuno telah melahirkan banyak karya yang tetap relevan hingga saat ini. Salah satu di antaranya adalah Apology, sebuah teks yang ditulis oleh Plato yang berisi pidato pembelaan Socrates saat menghadapi pengadilan di Athena.
Buku ini memiliki peran penting dalam sejarah filsafat karena mengungkapkan gagasan-gagasan Socrates mengenai kebijaksanaan, keadilan, dan pencarian kebenaran. Hingga saat ini, Apology masih menjadi bahan kajian utama dalam filsafat, etika, dan hukum.
Artikel ini akan membahas Apa Itu Buku Apology, sejarahnya, isinya secara mendalam, serta berbagai aspek menarik yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, kita juga akan melihat prinsip-prinsip yang mendasari teks ini, fungsi serta pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran filsafat, dan bagaimana relevansinya dengan dunia modern.
Apa Itu Buku Apology
Apa Itu Buku Apology?
Apology adalah sebuah karya filsafat yang ditulis oleh Plato, yang mendokumentasikan pidato pembelaan Socrates di pengadilan Athena pada tahun 399 SM.
Meskipun berjudul Apology, buku ini bukanlah permintaan maaf dalam arti modern, melainkan pembelaan rasional Socrates atas tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Dalam buku ini, Socrates dituduh merusak moral pemuda Athena, tidak mempercayai dewa-dewa yang diakui negara, dan memperkenalkan dewa baru.
Teks ini menggambarkan bagaimana Socrates membela dirinya dengan argumen logis, mempertahankan keyakinannya, serta menolak tunduk kepada tekanan masyarakat yang tidak berdasarkan rasionalitas.
Buku ini menjadi salah satu karya penting dalam sejarah filsafat karena memperkenalkan metode Socratic yang kemudian menjadi fondasi dalam berpikir kritis dan filsafat Barat.
Melalui dialog dalam Apology, Socrates mengajarkan bahwa kebijaksanaan sejati bukan berasal dari pengetahuan mutlak, tetapi dari kesadaran akan ketidaktahuan dan keinginan untuk terus mencari kebenaran.
Sejarah dan Latar Belakang Buku Apology Karya Plato
Buku Apology ditulis oleh Plato sekitar abad ke-4 SM setelah kematian Socrates. Plato, sebagai murid setia Socrates, berusaha mendokumentasikan kejadian pengadilan Socrates yang berlangsung di Athena.
Socrates sendiri tidak meninggalkan tulisan apa pun, sehingga hampir semua pemikiran dan ajarannya dikenal melalui tulisan murid-muridnya, terutama Plato.
Saat itu, Athena sedang mengalami pergolakan politik pasca Perang Peloponnesos. Demokrasi Athena yang rapuh mencari kambing hitam atas kekalahan dan ketidakstabilan sosial yang terjadi.
Socrates, dengan kebiasaannya mempertanyakan otoritas dan kepercayaan yang diterima begitu saja oleh masyarakat, menjadi target para pemimpin politik saat itu.
Tuduhan yang dijatuhkan kepadanya tidak hanya bermuatan politis, tetapi juga merupakan upaya untuk membungkam pemikiran kritis yang ia ajarkan.
Dalam persidangan, Socrates menghadapi tiga dakwaan utama:
- Merusak moral pemuda:
Socrates sering berdebat dengan pemuda Athena dan mendorong mereka untuk mempertanyakan norma sosial dan tradisi. - Tidak percaya kepada dewa-dewa Athena:
Socrates lebih memilih mencari kebenaran melalui akal dan rasio dibandingkan menerima dogma keagamaan tanpa pertanyaan. - Memperkenalkan dewa baru:
Socrates dianggap memiliki keyakinan spiritual yang berbeda dari kepercayaan umum masyarakat Athena.
Meskipun Socrates memberikan pembelaan yang rasional dan kuat, juri yang terdiri dari 501 warga Athena tetap menjatuhkan vonis bersalah. Socrates pun menerima hukuman mati dengan meminum racun cemara.
Apa Isi Buku Apology?

Buku Apology dapat dibagi menjadi tiga bagian utama:
1. Pembelaan terhadap Tuduhan
- Socrates membantah semua tuduhan yang diajukan kepadanya.
- Ia menjelaskan bahwa ia tidak mengajarkan ajaran sesat, tetapi hanya bertanya dan mendiskusikan kebenaran dengan orang lain.
- Ia mengisahkan ramalan Kuil Delphi yang menyebutnya sebagai orang paling bijak, yang kemudian mendorongnya untuk mencari kebenaran.
- Ia mengungkapkan bahwa para pemimpin dan tokoh terhormat di Athena sering kali mengaku bijak, tetapi sebenarnya tidak memiliki kebijaksanaan sejati.
2. Tanggapan terhadap Putusan
- Setelah vonis bersalah dijatuhkan, Socrates ditanya hukuman alternatif yang diinginkannya.
- Ia menolak pengasingan atau denda karena merasa tidak bersalah.
- Ia menyarankan bahwa sebagai seseorang yang telah memberikan kontribusi bagi pemikiran dan kebijaksanaan masyarakat, ia seharusnya menerima penghargaan, bukan hukuman.
- Juri kemudian memilih hukuman mati bagi Socrates.
3. Pernyataan Terakhir
- Socrates menerima hukumannya dengan ketenangan dan keberanian.
- Ia menegaskan bahwa kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, karena bisa menjadi awal dari kehidupan yang lebih baik.
- Ia mengungkapkan harapannya bahwa generasi mendatang akan terus mempertanyakan dan mencari kebenaran.
Prinsip dan Karakteristik dalam Buku Apology
Buku Apology menampilkan beberapa prinsip utama dalam pemikiran Socrates:
- Kesadaran akan ketidaktahuan:
Kebijaksanaan sejati datang dari pengakuan bahwa kita tidak tahu segala sesuatu. - Metode dialektika (elenkhos):
Teknik bertanya untuk menguji dan membongkar argumen yang lemah. - Keutamaan moral:
Lebih baik menderita ketidakadilan daripada melakukan ketidakadilan. - Kebebasan berpikir:
Berani mempertanyakan otoritas dan dogma adalah kunci dalam pencarian kebenaran.
Fungsi dan Pengaruh Buku Apology
Buku ini memiliki pengaruh besar dalam berbagai bidang:
- Sebagai sumber utama pemikiran Socrates:
Meskipun Socrates tidak meninggalkan tulisan, pemikirannya dapat dipelajari melalui Apology. - Membentuk metode berpikir kritis:
Metode Socratic masih digunakan dalam bidang pendidikan, hukum, dan filsafat. - Menjadi inspirasi bagi kebebasan akademik:
Kebebasan berpikir dan menyampaikan gagasan tanpa takut represi menjadi nilai penting yang diusung dalam buku ini.
FAQs tentang Buku Apology Karya Plato
1. Mengapa Buku Apology masih relevan hingga saat ini?
Karena konsep-konsep dalam buku ini, seperti pencarian kebenaran, kebebasan berpikir, dan keberanian moral, tetap relevan dalam berbagai konteks sosial dan politik modern.
2. Apa hubungan Buku Apology dengan pemikiran Socrates?
Buku ini merekam pemikiran dan metode berpikir Socrates, yang berfokus pada kebijaksanaan, moralitas, dan pencarian kebenaran.
3. Apa perbedaan Buku Apology dengan karya Plato lainnya?
Berbeda dengan Republik atau Phaedo, Apology lebih bersifat historis karena merekam peristiwa nyata pengadilan Socrates.
Kesimpulan
Buku Apology karya Plato adalah dokumen penting dalam sejarah filsafat yang menggambarkan pertarungan antara pemikiran kritis dan otoritas.
Buku ini tidak hanya memberikan wawasan tentang pemikiran Socrates, tetapi juga mengajarkan prinsip-prinsip kebebasan intelektual yang tetap relevan hingga saat ini.
Anda mungkin menyukai ini: Buku Phaedo Karya Plato
Penting untuk diketahui: Ikuti Program Pelatihan Meditasi Online!