Orang-orang Postmodernisme adalah juga orang-orang modernisme yang mempunyai cara berpikir yang berbeda, adalah orang-orang yang menekankan pluralitas, relativitas, dan keragaman perspektif dalam memahami dunia.
Spiritual Suwung Postmodernisme (biasa disebut Suwung Postmo) adalah suwung yang terinspirasi dari Spiritual Suwung Kejawen dengan dasar pemikiran yang postmodernisme.
Maka berbeda dengan konsep Suwung dalam Kejawen, konsep yang ditawarkan oleh Spiritual Suwung Postmodernisme justru lebih fleksibel, relatif, plural dan sangat mudah dipahami dari berbagai latar belakang sistem kepercayaan apapun baik religi maupun budaya lokal.
Dengan demikian praktek ritual dan ajarannyapun sangat mudah dipahami dan dipelajari oleh orang-orang postmodern dan modern yang super sibuk dalam aktivitasnya sehari-hari.
Artikel ini akan mengupas secara mendalam apa itu Spiritual Suwung postmodernisme?
Spiritual Suwung Postmodernisme
Definisi Suwung Postmodernisme

Secara harfiah, Suwung berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti “kosong.”
Namun, konteks Suwung Dalam Spiritual Suwung Postmodernisme memiliki makna yang lebih dalam dari sekedar mengosongkan batin dari hal-hal kemanusiaan yang mengotorinya, seperti ego, hawa nafsu, berbagai gejolak batin, seperti kebencian, cinta, empati, simpati dan lainnya.
Dalam spiritualitas Suwung Postmernisme, konsep “Suwung” menjadi inti dari ritual praktis dan ajaran.
Filosofi ini tidak hanya membahas tentang kehampaan batin, tetapi juga tentang kesadaran sebagai inti dari keadaan batin yang mendalam, penuh makna, dan selaras dengan semesta.
Maka gejolak batin seperti ego, hawa nafsu, berbagai gejolak batin dengan berbagai turunannya seperti kebencian, cinta, empati, simpati dan lainnya, bukanlah ditekan hingga seminimal mungkin. Bukan pula dihilangkan, atau dilepaskan.
Tapi disadari keberadaannya sebagai bagian dari diri manusia seutuhnya dan sebagai alat untuk hidup dalam kehidupannya di dunia ini.
Menyadari bahwa manusia tetaplah manusia dan tidak mungkin dapat menghilangkan atau melepaskan berbagai gejolak batin tersebut.
Maka yang diperlu dilakukan manusia adalah menyadari keberadaannya dan kemudian mengenalinya. Dengan mengenalinya menjadi lebih mudah untuk mengelola dan mengontrolnya.
Makna dan Filosofis Suwung Postmodernisme
- Kekosongan yang Melahirkan Keheningan dan Kebeningan.
Suwung Menurut Spiritual Postmodernisme bukanlah kehampaan yang nihilism, tetapi kekosongan yang dipenuhi dengan kesadaran yang mengamati secara terus menerus akan keberadaan diri dengan segala perangkat pikiran dan batin yang menyertainya.
Hingga pelatihan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus tersebut akan melahirkan batin yang hening dan pikiran yang bening. - Menyadari Keberadaan Duniawi.
Praktek Suwung Postmodernisme adalah menyadari keberadaan dunia materialis dan fluktuasi kehidupan yang ada di dalamnya sebagai wadah dan alat dari proses pendewasaan batin menuju batin yang hening dan pikiran yang bening secara paripurna.
Tidak menganggap bahwa dunia materialis dan fluktuasi kehidupan yang ada di dalamnya sebagai beban yang membelenggu pikiran. - Bagian Dari Alam Itu Sendiri.
Dalam Suwung Postmodernisme, praktisi menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari alam itu sendiri, bukan bagian yang terpisah dari alam. Hal ini membuat praktisi menerima dan menjalaninya dengan mengalir terhadap segala hal yang terjadi dalam hidup - Realism dan Empirisism.
Suwung Postmodernisme merespon segala kondisi secara realitas dari keberagaman perspektif sesuai dengan pengalaman empiris baik yang sudah berlalu maupun yang sedang dialami, baik yang di alami secara indrawi maupun emosi (perasaan).
Sebab dalam Suwung Postmodernisme, tidak ada konsep salah dan benar, yang ada adalah pilihan dengan segala konsekwensinya.
Prinsip-Prinsip Dasar Suwung Postmodernisme

- Keheningan Batin dan Kebeningan pikiran sebagai Inti.
Keheningan batin dan kebeningan pikiran adalah pintu menuju Suwung.
Dengan pelatihan terarah dan terus menerus, terjaga dalam kesadaran menjaga jarak sejauh mungkin dengan fluktuasi batin untuk menciptakan batin yang hening, dan menjaga jarak sejauh mungkin dari liarnya pikiran untuk melahirkan pikiran yang bening. - Menyadari Keberadaan Hawa Nafsu.
Praktek menyadari keberadaan hawa nafsu sebagai bagian dari diri manusia seutuhnya (dalam hal ini adalah praktisi sebagai individu) dalam Suwung Postmodernisme, mengenalnya dan kemudian mengendalikannya untuk kehidupan manusia itu sendiri.
Bukan menekan hawa nafsu atau bahkan menghilangkannya. Sebab tanpa hawa nafsu manusia bukan lagi manusia. - Meditasi dan Kontemplasi Suwung.
Meditasi adalah sarana utama untuk menemukan kondisi pikiran dan batin yang Suwung. Dalam meditasi, praktisi dapat menemukan kesadaran, dan dengan kesadarannya praktisi dapat menemukan Suwung dan berada di dalamnya. Kondisi pikiran dan batin yang suwung melahirkan batin yang hening dan pikiran yang bening. - Menyadari Keberadaan Ego, Ambisi, Emosi dan berbagai turunannya.
Suwung Postmodernisme adalah menyadari ego, ambisi, emosi dan berbagai variannya sebagai keberadaan manusia dalam dunia materi adalah langkah penting dalam mencapai Suwung. Bukan menekannya atau melepaskannya atau menghilangkannya. Hal ini membutuhkan kesadaran yang tinggi dan latihan spiritual yang konsisten.
Penerapan Spiritual Suwung Postmodernisme dalam Kehidupan Sehari-hari.
Suwung menurut spiritual Postmodernisme bukan hanya teori, tetapi dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah beberapa cara konkret untuk mempraktikkannya:
- Meditatif dalam rutinitas.
Dalam rutinitas yang sibuk, luangkan waktu untuk duduk diam, menarik napas dalam-dalam, dan berada dalam kesadaran yang terjaga menyadari berbagai kondisi di dalam dan di luar.
Hal ini dapat memunculkan keheningan batin dan kebeningan pikiran yang dapat membantu meredakan fluktuasi emosi negative, stres dan kecemasan. Kondisi ini disebut meditatif. Hingga pelatihan yang dilakukan secara terus menerus membuat praktisi bisa melakukan meditatif sambil tetap beraktifitas. - Melakukan Meditasi Suwung Secara Rutin.
Praktik meditasi Suwung, terutama di malam hari atau pada waktu dini hari menjelang subuh, sangat efektif bagi praktisi untuk menemukan Kesadaran sebagai pintu masuk dalam dimensi Suwung.
Praktek meditasi ini dapat dilatih dengan bimbingan mentor yang tepat yang sudah berpengalaman, baik secara online maupun offline. - Menyadari Materialisme Sebagai Bagian Dari Keberadaan dan Kehidupan.
Salah satu bentuk praktek Suwung Postmodernisme adalah menyadari materialism sebagai bagian dari keberadaan diri dalam dimensi materi ini, menyadari keberadaan orang-orang yang perlu di pertanggungjawabkan seperti anak, istri dan anggota keluarga lainnya yang berada dalam tanggung jawab praktisi spiritual postmodernisme.
Tidak terikat pada keinginan material tetapi juga tidak menolak keinginan itu. Bukan berarti pula harus dengan menjalani hidup yang sederhana, atau melakukan praktek pelatihan menekan dan mematikan keinginan itu. - Menyadari Konflik Batin dan Mengamatinya.
Suwung Postmodernisme juga dapat diterapkan dengan cara menyadari konflik batin ketika muncul kepermukaan akibat dari mengalami suatu kondisi sulit tertentu. Mengamati dengan kesadaran penuh keberadaan rasa konflik batin itu selama mungkin dalam duduk diam tanpa merespon apapun hingga melahirkan ketenangan dan kedamian.
Dengan demikian muncullah batin yang hening dan pikiran yang bening untuk menemukan solusi yang terbaik. - Mengamalkan Nilai-Nilai Spiritual Suwung Postmodernisme.
Suwung erat kaitannya dengan prinsip Kejawen seperti manunggaling kawula Gusti (penyatuan dengan Sang Pencipta). Tetapi dalam Spiritual Suwung Postmodernisme tidak berbicara tentang sang pencipta.
Tetapi dalam praktek tertinggi dari Spiritual Suwung Postmodernisme adalah berbicara tentang menyadari sang kesadaran, mengamati sang pengamat, tidak ada aku yang lain selain sang aku dan itulah diri sejati. Inilah prakek tertinggi dari Spiritual Suwung Postmodernisme.
Note: Tidak ada hasil akhir dalam pelatihan, sebab pelatihan dilakukan secara terus menerus dan hanya bisa dihentikan oleh kematian.
Contoh Prakek dan Pelatihan Suwung dalam Aktivitas Sehari-hari
- Berlatih Suwung dalam kamar mandi setiap hari dengan cara menarik jarak sejauh mungkin dari kondisi dan aktifitas. Mengamati tubuh yang sedang melakukan kegiatan mandi pagi seperti gosok gigi, menyiram air, menyabun dan lainnya. Mengamati rasa sikat gigi yang bekerja di dalam mulut, rasa air dan perasaan lainnya.
- Berdiri diam di keheningan malam di Udara terbuka, kemudian menutup mata dan merasakan keberadaan diri sebagai bagian dari alam. Lalu tenggelam di dalamnya dan menyadari ketenggelaman itu.
Kesimpulan
Spiritual Suwung Postmodernisme adalah pendekatan baru yang mengintegrasikan nilai Suwung dari tradisi Kejawen dengan prinsip postmodernisme, menekankan kesadaran penuh, fleksibilitas, dan pluralitas.
Filosofinya mengajarkan untuk menerima, mengenali, dan mengelola gejolak batin tanpa penekanan atau penghapusan, menjadikannya relevan bagi kehidupan modern yang kompleks.
Praktik ini tidak hanya teoritis, tetapi dapat diterapkan dalam rutinitas sehari-hari melalui meditasi, kontemplasi, dan pengamatan penuh terhadap diri sendiri dan dunia.
Dengan melatih keheningan batin dan kebeningan pikiran, individu dapat mencapai harmoni dalam dirinya serta dengan semesta, menjadikan hidup lebih tenang dan bermakna.
Suwung bukanlah kosong tanpa isi, tetapi ruang kesadaran yang penuh dengan pemahaman mendalam akan kehidupan.
***
SUWUNG sajalah!
Anda perlu membaca ini: Apa itu Suwung Menurut Spiritual Kejawen?
Penting untuk diketahui: Program Pelatihan Meditasi Online